Mengenal Mualem Lebih Dekat

    Mengenal Mualem Lebih Dekat
    Rudi Khairuddin Sekjen Pemuda Tani Indonesia Kota Lhokseumawe


    Penulis, Rudi Khairuddin - Sekjen Pemuda Tani Indonesia Kota Lhokseumawe

    Beberapa waktu yang lalu, ketika dalam perjalanan melakukan umrah bersama keluarga, kami transit di Kuala Lumpur selama satu malam. 


    Waktu transit itu saya pergunakan untuk bertemu dengan isteri almarhum Tan Sri Sanusi Junid yang bernama Puan Sri Nila Inangda Manyam Keumala, atau Nyak begitu saya dan para mahasiswa Aceh di tempat saya kuliah dulu memanggilnya. Kampus tempat saya kuliah itu adalah Internasional Islamic University Malaysia (IIUM), di mana saya telah menyelesaikan S1 di bidang Information and Communication of Technology (BIT).


    Saya beruntung dapat mengenal rapat dengan almarhum Tan Sri dan Nyak karena dikala itu sempat menjadi salah satu staf di perusahaan beliau yang bergerak di bidang Property dan Hotel. Tan Sri Sanusi Junid pun pernah menjadi Presiden kampus saya di kala itu.


    Malam itu, senior saya di IIUM yang juga pernah menjadi staf  kepercayaan Tan Sri Sanusi menyempatkan diri untuk menjemput saya dan keluarga untuk bersama-sama menuju ke rumah Nyak di kawasan Bukit Pantai, Bangsar. 


    Alhamdulillah, setelah sekian lama tidak berjumpa dengan Nyak, malam itu saya dan keluarga dapat menyambung silaturrahmi. Sambil menikmati sajian makan malam yang spesial yang telah Nyak sediakan, kami terus berbagi cerita baik tentang kegiatan saya di Aceh selama ini, beberapa kisah kenangan di masa Tan Sri masih hidup, dan juga tips-tips untuk kami laksanakan di tanah suci. Rupanya Nyak baru saja pulang dari menunaikan ibadah umrah sewaktu kami sampai ke rumahnya.


    Pertemuan dengan Nyak malam itu juga membawa ingatan saya ke satu pertemuan di Jeumpa D’ Ramo, hotel butik, milik keluarga Tan Sri Sanusi Junid yang berada di Jalan Maarof, Bangsar. 
    Kenangan ini langsung muncul di ingatan saya sewaktu melewati hotel ini dalam perjalanan ke rumah Nyak. Waktu itu saya diminta oleh Tan Sri untuk menyambut tamu istimewa yang datang dari Aceh.


    Saya bertanya-tanya siapakah tamu yang dimaksudkan oleh Tan Sri itu? Seolah-olah beliau bisa membaca pikiran saya, Tan Sri mengatakan nanti setelah tamu itu tiba, saya akan segera mengenalinya karena tamu yang datang adalah tokoh dari Aceh.
    Selama ini, saya sering melihat Tan Sri menyambut tamu-tamu dari Aceh dari berbagai latar belakang baik akademisi, politisi, pengusaha, dan dari berbagai profesi lainnya. Semua tamunya itu disambut dengan sambutan yang istimewa di hotel miliknya yang berada di jalan utama salah satu kawasan elit di negeri jiran itu.


    Tak lama setelah shalat maghrib selesai, tamu yang ditunggu-tunggu oleh Tan Sri itu pun tiba. Mereka semua ada empat orang. Di antara empat orang tersebut, saya mengenal dua orang sahaja. Keduanya adalah tokoh terkemuka yang sangat dikenal oleh seluruh masyarakat Aceh.


    Tokoh pertama adalah seorang ulama yang bernama Allahyarham Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab atau yang lebih dikenal dengan nama Tu Sop. Ulama ini baru saja kembali ke rahmatullah pada bulan September lalu. Tokoh yang kedua pula adalah Wakil Gubernur Aceh kala itu, Muzakir Manaf atau yang lebih akrab dipanggil Mualem. 


    Setelah menyalami kedua tokoh ini, saya mempersilahkan mereka untuk segera menuju ke meja makan yang mana Tan Sri dan staf  laninnya sudah berada disana. Saya mendengar langsung diskusi panjang lebar sambil menikmati sajian makan malam yang sudah disiapkan khusus untuk menyambut tamu istimewa dari Aceh itu. 


    Sayup-sayup, dari tempat duduk saya yang tidak jauh tempat duduk Tan Sri dan tamu-tamunya itu, saya dapat mendengar pembicaraan mereka yang berkisar tentang kondisi Aceh sekarang ini dan bagaimana Aceh bisa mengejar ketinggalan dari daerah lain, dimana Aceh setelah sekian lama berada dalam konflik dan juga dilanda musibah tsunami maha dahsyat itu.


    Saya melihat mereka begitu bersemangat berbicara tentang Aceh. Mungkin ini merupakan refleksi besarnya kecintaan mereka kepada Aceh dan keinginan melihat Aceh dapat berkembang dengan pesat.


    Ketika para tamu itu sudah pulang, saya yang penasaran kenapa Mualem dan Tu Sop datang berjumpa, langsung menanyakan hal ini kepada Tan Sri. Lalu Tan Sri secara singkat mengatakan bahwa intinya Mualem dan Tu Sop ingin mendengar secara langsung dari Tan Sri bagaimana Malaysia bisa membangun dengan pesat di masa Tun Mahathir menjadi Perdana Menteri.
    Mualem dan Tu Sop tahu bahwa Tan Sri Sanusi pernah menjadi Menteri Kabinet selama 20 tahun lebih pada berbagai portofolio semasa Tun Mahathir menjadi Perdana Menteri. 


    Mualem dan Tu Sop juga tahu bahwa Tan Sri Sanusi memiliki pengalaman menjadi Sekretaris Jenderal, UMNO partai terbesar yang di Malaysia pada masa itu. Rupanya Mualem dan Tu Sop juga ingin mengetahui bagaimana caranya Tun Mahathir sebagai Presiden UMNO dan Tan Sri Sanusi sebagai Sekjennya mengelola, mengembangkan, dan melakukan kaderisasi agar partai itu tetap relevan serta mampu memenangi pemilu di negara itu secara beruntun.


    Mendengar hal itu, saya menjadi kagum dengan cara yang diambil oleh Mualem dan Tu Sop untuk belajar langsung dari berbagai pihak termasuk Tan Sri Sanusi. Hal ini tentu mereka lakukan untuk bisa menerapkan beberapa cara yang sesuai dengan konteks Aceh dan partai mereka dari pengalaman dan pelajaran yang mereka dapatkan itu. 
    Kenangan di tahun 2015 ini kembali hadir dalam ingatan saya ketika melihat kontestasi Pilgub Aceh sekarang ini. Kali ini Mualem menjadi Calon Gubernur (Cagub) yang diusung oleh Partai Aceh dan partai koalisi lainnya. 


    Saya yakin, bahwa setelah pertemuan dengan Tan Sri Sanusi di tahun 2015 itu,  Mualem pun tetap menemui beragam tokoh yang lain untuk belajar secara informal demi meningkatkan kapasitas yang dimilikinya. Sifat rendah hati dan mau belajar yang ditunjukkan oleh Mualem ini merupakan bekal yang sangat penting bagi seorang calon pemimpin Aceh. Keterbukaannya menerima pandangan dari berbagai pihak ini, tentu akan sangat bermanfaat bagi Aceh ke depan, bila kali ini Mualem mendapatkan amanah dari rakyat Aceh untuk menjadi Gubernur Aceh periode 2024-2029.

    Arfiandi ST MM

    Arfiandi ST MM

    Arfiandi ST MM

    Artikel Sebelumnya

    Junjung Tinggi Etika dalam Pilkada 2024...

    Artikel Berikutnya

    Ajang Kontestasi Lima Tahunan diprediksi...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Hendri Kampai: Jika Anda Seorang Pejabat, Sebuah Renungan dari Hati ke Hati
    Hendri Kampai: Indonesia Baru, Mimpi, Harapan, dan Langkah Menuju Perubahan
    Hendri Kampai: Kualitas tulisanmu adalah kualitas dirimu
    Hendri Kampai: Kenapa Lapor Lagi? Emangnya Kantor Pajak Kerja Apa?
    Praktik Money Politik Dalam Proses Pilkada

    Ikuti Kami